Minggu, 21 April 2013

Studi Kasus Pada Seorang Pengrajin Pigora


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar belakang Penelitian

Masyarakat merupakan suatu kumpulan individu yang selalu bergerak atau selalu mengalami perubahan. Perubahan pada setiap kelompok masyarakat mempunyai takaran atau ukuran yang berbeda-beda, ada yang mengalami suatu perubahan yang relatif cepat, ada juga perubahan yang sedang dan lambat. Kadang suatu perubahan, ada yang terencana ada pula perubahan yang tak terencana.

Modernisasi merupakan suatu proses peralihan kompleks kondisi masyarakat. Puncak dari modernisasi adalah terciptanya masyarakat yang modern atau masyarakat maju, karena pada hakikatnya semua jenis perubahan akan selalu menuju pada suatu keadaan yang lebih baik atau maju. Kemajuan dewasa ini telah banyak memberikan hal yang positif dalam kepribadian sehat seseorang.

Menurut Maslow jika tingkat kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat terpenuhi, maka kita tidak bisa disebut sebagai manusia yang sehat secara psikologis. Maslow juga menyebutkan bahwa orang yang sehat adalah orang mampu mengaktualisasikan diri mereka dengan baik dan imbang, mereka juga dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi yaitu memenuhi potensi-potensi yang mereka miliki serta mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu tidak berjuang, tetapi mereka berusaha, Maslow menyebut teori ini dalam “metamotivation”. Ia juga menulis “Motif yang paling tinggi ialah tidak didorong dan tidak berjuang”, itu berarti memang orang yang mampu mengaktualisasikan diri tidak berjuang melainkan berusaha.

Kita juga tidak membutuhkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam waktu yang sama, akan tetapi dapat membutuhkannya dalam waktu yang berbeda. Hanya kebutuhan yang sangat penting yang akan dirasakan pada saat bersamaan dan dalam setiap momen tertentu. Untuk itulah kepribadian sehat sangat penting untuk setiap orang.
Negara Indonesia adalah salah satu Negara yang selalu berusaha untuk berkembang dalam perubahan-perubahan di era global ini. Hal ini terbukti dengan masyarakat Indonesia itu sendiri yang dinamis dalam menghadapi era ini. Salah satu perubahan dinamis itu terletak pada bidang ekonomi dan budaya. Masyarakat Indonesia senantiasa selalu berusaha untuk mengembangkan budaya Indonesia dengan hasil-hasil karya seni yang bermutu sekaligus menunjang kehidupan ekonomi mereka.

Dan Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki hasil karya seni beragam. Hasil karya-karya seni Indonesia selain bentuknya beragam namun tetap menunjukkan ciri khas dari tiap-tiap daerah penghasil karya seni tersebut. Tidak terkecuali kota Malang ini. Siapa yang tidak mengenal Kota berhawa sejuk di Provinsi Jawa Timur ini, Kota yang terkenal dengan berbagai macam tempat pariwisata, penghasil buah apel, dan penghasil karya-karya seninya.

Salah satu dari karya seni yang cukup familiar dengan wisatawan yakni kerajinan pigura. Kerajinan pigura ini memang salah satu cindera mata yang menjadi komoditas di setiap tempat pariwisata. Bentuknya yang sederhana, unik, dan lucu memang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun wisatawan asing.

Dengan pentingnya kepribadian sehat yang harus dimiliki oleh setiap orang, kami memutuskan untuk melakukan observasi pada seorang seniman pigura di Malang. Karena melalui kesederhanaan hasil karya yang dihasilkan oleh pengrajin seni ini membuat keistimewaan tersendiri yang ditujukan sebagai cindera mata khas Kota Malang bagi wisatawan. Hal ini juga sebagai implikasi dari kepribadian sehat pengrajin pigura tersebut dengan hasil karya seni yang dibuatnya.

1.2.      Rumusan Masalah

1.      Bagaimana penerapan teori kepribadian sehat menurut Abraham H. Maslow terhadap individu dengan profesi sebagai pengrajin figora?
2.      Bagaimana penerapan konsep kepribadian sehat menurut individu dengan profesi sebagai pengrajin figora?
1.3.      Tujuan Penelitian

1.  Mengetahui penerapan teori kepribadian sehat menurut Abraham H. Maslow terhadap individu dengan profesi sebagai pengrajin figora.
2.      Mengetahui penerapan konsep kepribadian sehat menurut individu dengan profesi sebagai pengrajin figora.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1  Teori Kepribadian Abraham Maslow

Biografi Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow lahir pada 1 April 1908 di Brooklyn, New York . Maslow adalah anak sulung dari tujuh bersaudara yang lahir dari imigran Yahudi Rusia. Relatif tidak berpendidikan sendiri mereka melihat belajar sebagai kunci untuk anak-anak mereka berhasil di tanah air baru mereka. Dengan demikian semua anak-anak mereka didorong untuk belajar; Abraham anak tertua didorong sangat keras karena ia diakui sebagai seorang intelektual di usia muda.

Maslow sendiri merasa bahwa masa kecilnya relatif bahagia, sendirian di lingkungan aneh dia berlindung dalam mempelajari dan buku-bukunya. Maslow menghabiskan masa kecilnya di Brooklyn.

Di sekolah Maslow adalah murid ilmiah, dan berhasil mendapatkan tempat di City College of New York . Maslow awalnya belajar hukum untuk memenuhi keinginan orang tuanya, tapi ia menghadiri kuliah di Universitas Wisconsin. Di Wisconsin ia berubah tunduk ke psikologi, menerima gelar BA pada tahun 1930, gelar MA pada tahun 1931 dan Ph.D pada tahun 1934. Di Wisconsin ia dibimbing oleh Harry Harlow, seorang psikolog terkenal untuk karyanya pada monyet rhesus dan perilaku. Maslow mengembangkan melihat perilaku dominasi primata dan seksualitas.

Selama periode tentang belajar di Wisconsin, Maslow menikahi sepupunya, Bertha Goodman, dengan siapa Maslow mempunyai dua anak perempuan.

Setelah Ph.D, Maslow kembali ke New York pada tahun 1935, di mana ia melanjutkan studi psikologinya di Universitas Kolombia. Bekerja dengan EL Thorndike, Maslow terus mengembangkan minatnya pada seksualitas manusia.

Pada tahun 1937 Maslow mengambil sebuah posting mengajar di Brooklyn College, di mana ia segera menemukan mentor lebih lanjut dalam Alfred Adler dan Erich Fromm. Adler dan Fromm adalah psikolog terkemuka Eropa. juga belajar dari antropolog Ruth Benedict dan psikolog Freudian Max Wertheimer Maslow. Maslow meskipun akan belajar dari mencatat perilaku mereka.

Pada tahun 1951 Maslow pindah ke Brandeis University, sebuah universitas riset Massachusetts swasta, di mana mengambil kursi dari departemen psikologi. Posisi ini memungkinkan dia untuk lebih fokus pada karya teoretisnya. Di Brandeis Maslow juga menjadi berteman dengan Kurt Goldstein, yang memperkenalkan Maslow dengan teori aktualisasi diri. Maslow tetap di Brandeis sampai 1969, sebelum yang singkat sebagai sesama di Laughlin Institute di California.

Teori Humanistik dan Aktualisasi Diri
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya. Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.
Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri.  Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.


Hirarki Kebutuhan
Interpretasi dari Hirarki Kebutuhan Maslow yang direpresentasikan dalam bentuk piramida dengan kebutuhan yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah
Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Hierarki kebutuhan manusia
Kita didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa sejak lahir yang tersusun dalam suatu tingkat dari yang paling kuat sampai yang paling lemah. Ibarat suatu tangga, kita harus meletakkan kaki pada anak tangga pertama sebelum berusaha mencapai anak tangga kedua, dan seterusnya, sampai kita mampu naik pada tingkat yang paling tinggi. Dan kebutuhan-kebutuhan itu adalah :

1.     Kebutuhan Fisiologis. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan-kebutuhan yang jelas terhadap makanan, air, udara, tidur, seks dan pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan itu sangat penting untuk kelangsungan hidup. Dan juga kebutuhan ini merupakan yang terkuat dan sifatnya amat penting dari semua kebutuhan.

2.     Kebutuhan Akan Rasa Aman. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Kebutuhan akan rasa aman juga merupakan kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan agar dapat melangsungkan hidup dengan baik.

3.     Kebutuhan Akan Memiliki Cinta dan Kasih. Kebutuhan ini semacam layak untuk mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap orang lain, baik seperti orang tua, kakak, adik, sahabat, ataupun saudara dengan tujuan agar merasakan perasaan memiliki. Kita memuaskan kebutuhan-kebutuhan kita akan cinta dengan membangun suatu hubungan akrab dan penuh perhatian, dan dalam hubungan ini memberi dan menerima cinta adalah sama pentingnya.

4.     Kebutuhan Akan Penghargaan. Yaitu penghargaan yang berasal dari orang lain dan juga terhadap diri sendiri. Penghargaan yang berasal dari orang lain (dari luar) misalnya popularitas ataupun keberhhasilan dalam masyarakat. Ada banyak cara juga supaya orang lain bisa menghargai kita, menurut saya apabila dengan cara yang negatif, kita bisa saja memamerkan serta gengsi kita dengan apa yang kita miliki, seperti mengendarai mobil mewah yang kita miliki, membeli rumah besar, dsb. Kita tidak dapat menghargai diri kita jika kita tidak mengetahui kita apa dan siapa.

5.      Aktualisasi diri. Apabila kita telah memuaskan semua kebutuhan diatas, maka kita didorong oleh kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita. Kita harus bisa menjadi menurut potensi yang kita miliki. Maslow menyebutkan apabila kita dapat memuaskan kebutuhan kita dari tingkat yang rendah, kita masih merasa aman secara fisik maupun emosional, mempunyai rasa memiliki dan juga merasa bahwa kita adalah diri yang berharga. Namun apabila kita gagal dalam tahap aktualisasi diri ini, maka kita akan merasa kecewa, tidak tenang dan tidak puas. Dengan begitu, kita tidak akan berada dalam damai pada diri kita sendiri dan tidak bisa dikatakan bahwa kita sehat secara psikologis.
Maslow menyebut empat kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan sebutan homeostatis. Homeostatis adalah prinsip yang mengatur cara kerja termostat (alat pengendali suhu). Kalau suhu terlalu dingin, alat itu akan menyalakan penghangat, sebaliknya kalau suhu terlalu panas, ia akan menyalakan dingin. Begitu pula dengan tubuh manusia, ketika manusia merasa kekurangan bahan-bahan tertentu, dia akan merasa memerlukannya. Ketika dia sudah cukup mendapatkannya, rasa butuh itu pun kemudian berhenti dengan sendirinya.
Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman, cinta dan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Maslow menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk bertahan. Cinta dan kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan ini sudah ada sejak lahir persis sama dengan insting.
Kepribadian yang sehat menurut Maslow

Seperti yang disebutkan diatas, menurut Maslow jika tingkat kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat terpenuhi, maka kita tidak bisa disebut sebagai manusia yang sehat secara psikologis. Maslow juga menyebutkan bahwa orang yang sehat adalah orang mampu mengaktualisasikan diri mereka dengan baik dan imbang, mereka juga dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi yaitu memenuhi potensi-potensi yang mereka miliki serta mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu tidak berjuang, tetapi mereka berusaha, Maslow menyebut teori ini dalam “metamotivation”. Ia juga menulis “Motif yang paling tinggi ialah tidak didorong dan tidak berjuang”, itu berarti memang orang yang mampu mengaktualisasikan diri tidak berjuang melainkan berusaha.

Menurut Maslow, syarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tadi tela disebutkan, yaitu memuaskan hierarki empat kebutuhan yang ada, diantaranya yang pertama adalah kebutuhan akan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, cinta kasih, serta penghargaan diri. Dan kebutuhan ini harus terpenuhi sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.

Kita juga tidak membutuhkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam waktu yang sama, akan tetapi dapat membutuhkannya dalam waktu yang berbeda. Hanya kebutuhan yang sangat penting yang akan dirasakan pada saat bersamaan dan dalam setiap momen tertentu.

Perbedaan “meta needs” dengan “deficiency needs”

Meta needs (meta kebutuhan) merupakan keadaan-keadaan pertumbuhan kearah mana pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri bergerak. Maslow juga menyebut kebutuhan tersebut B-values, dan B-values adalah tujuan dalam dirinya sendiri dan bukan alat untuk mencapai tujuan lain, keadaan-keadaan ada dan bukan berjuang kearah objek tujuan yang sifatnya khusus. Apabila keadaan-keadaan ini ada sebagai kebutuhan-kebutuhan dan untuk memuaskan atau mencapai keadaan tersebut gagal, maka akan menyakitkan, sama seperti kegagalan untuk memuaskan beberapa kebutuhan yang lebih rendah.
Sedangkan Deficiency needs, suatu kekurangan kebutuhan dimana individu tak dapat memenuhi kebutuhannya, kebutuhan yang timbul karena kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan bantuan orang lain. Deficiency need ini meliputi: kebutuhan jasmaniah, keamanan, memiliki dan mencintai serta harga diri. Dan sifat-sifat dari deficiency needs adalah ketiadaannya menimbulkan penyakit, keberadaannya mencegah timbulnya penyakit, pemulihannya menyembuhkan penyakit, dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih, orang  yang  kekurangan kebutuhan akan mengutamakan pemuasan kebutuhan ini dibandingkan jenis kepuasan yang lain. Serta kebutuhan ini tidak aktif, lemah, atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.

Ciri-ciri “actualized people”

Ciri dari orang yang mampu meng-aktualisasikan diri (pribadi-pribadi yang sehat)  mereka adalah sebagai berikut :

1.        Menerima realitas secara tepat
Orang-orang yang sangat sehat mengamati objek-objek dan orang-orang di dunia sekitarnya secara objektif, teliti terhadap arang lain, mampu menemukan dengan cepat penipuan dan ketidakjujuran. Mereka bersandar semata-mata pada keputusan dan persepsi mereka sendiri serta tidak terdapat pandangan-pandangan yang berat sebelah atau prasangka-prasangka.

Kepribadian-kepribadian yang tidak sehat mengamati dunia menurut ukuran-ukuran subjektif mereka sendiri, memaksa dunia untuk mencocokannya dengan bentuk ketakutan-ketakutan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai. Semakin objektif kita mampu menggambarkan kenyataan, maka semakin baik kemampuan kita untuk berpikir secara logis, untuyk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang tepat, dan pada umumnya untuk menjadi efisien secara intelektual.


2.  Menerima diri dan orang lain apa adanya
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri mereka. Kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atas kesusahan. Sesungguhnya, mereka tidak terlampau banyak memikirkannya. Meskipun individu-individu yang sangat sehat ini memiliki kelemahan–kelemahan atau cacat-cacat, tetapi mereka tidak merasa malu atau merasa bersalah terhadap hal-hal tersebut.
Karena orang-orang sehat ini begitu menerima kodrat mereka, maka mereka tidak harus mengubah atau memlsukan diri mereka. Mereka santai dan puas denagn diri mereka dan penerimaan ini berlaku bagi semua tingkat kehidupan.
Sebaliknya, orang-orang neurotis dilumpuhkan oleh persaan malu atau perasaan salah atas kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan mereka, begitu di hantui sehingga mereka mengalihkan waktu dan energi dari hal-hal yang lebih konstuktif.
3.        Bertindak secara spontan dan alamiah, tidak dibuat-buat
Pengaktualisasian diri bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Kita dapat mengatakan bahwa orang-orang ini bertingkah laku secara kodrati yakni sesuai dengan kodrat mereka.
Dalam situasi dimana ungkapan perasaan yang wajar dan jujur dapat menyakitkan orang lain, atau dimana hal tersebut tidak penting, maka untuk sementara mereka mengekang persaaan-perasaan itu. Jadi, mereka tidak sengaja menjadi tidak konvensional atau memberontak, mereka tidak mau mencari kesenangan dalam mencemoohkan dengan sengaja aturan-aturan dan adat-adat sosial.
Akan tetapi dalam situasi di mana menaruh hormat kepada kebiasaan social mengganggu apa yang dianggap penting oleh orang-orang yang sehat, mereka tidak ragu menentang kebiasaan tersebut. Lagi pula mereka sendiri adalah wajar dan sederhana, merasa yakin dan aman, serta tidak konvensioanal dengan tidak bersikap agresif dan memberontak.
4.        Memusatkan pada masalah-masalah bukan pada perseorangan
Orang yang mengaktualisasikan diri mencintai pekerjaan mereka dan berpendapat bahwa pekerjaan itu tentu saja cocok untuk mereka. Pekerjaan mereka adalah sesuatu yang ingin mereka lakukan; tentu, sesuatu yang harus mereka lakukan tidak semata-mata suatu pekerjaan untuk mendapat penghasilan.
Mereka tidak melakukan pekerjaan untuk mendapatkan uang,popularitas atau kekuasaan, tetapi karena pekerjaan itu memuaskan meta kebutuhan. Menantang dan mengembangakan kemampuan-kemempuan mereka, menyebabkan mereka bertumbuh sampai pada tingkat potensi mereka yang paling, dan membantu merumuskan pengertian mereka tentang diri mereka siapa dan apa.
5. Memiliki kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Mereka tidak tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan mereka dan dengan demikian mungkin mereka menjauhkan diri dan tidak ramah. Tingkah laku dan perasaan mereka sangat egosentris dan terarah kepada diri mereka sendiri.
Sebaliknya, orang-orang neuorotis biasanya snagat emosional tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan dimana mereka tidak mampu menghasilkan untuk diri mereka.
6. Memiliki ruang untuk diri pribadi
Pengaktualisasian diri untuk berfungsi secara otonom terhadap lingkungan social dan fisik. Kepribadian-kepribadian yang sehat dapat berdiri sendiri dan tingkat otonomi mereka yang tinggi menaklukan mereka, agak tidak mempan terhadap krisis atau kerugian. Kemalangan-kemalangan yang dapat mengahncurkan orang-orang yang sehat mungkin hampir tidak dirasakan oleh mereka. Mereka mempertahankan suatu ketenangan dasar di tengah apa yang dilihat oleh orang-orang yang kurang sehat sebagai malapetaka.
7. Menghargai dan terbuka akan pengalaman-pengalaman dan kehidupan baru
Menghargai pengalaman-pengalaman tertentu bagaimanapun seringnya pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona dan kagum. Suatu pandangan yang bagus atau menyegarkan terhadap dorongan setiap hari untuk bekerja. Sebagai akibatnya, mereka merasa kurang pasti, tetapi senantiasa berterima kasih terhadap apa yang mereka miliki dan dapat mereka alami.
8. Memiliki pengalaman-pengalaman yang memuncak
Dimana orang-orang yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap, sama seperti pengalaman-pengalaman keagamaan yang mendalam.
Maslow menunjukan bahwa tidak semua pengalaman puncak itu sangat kuat; dapat juga ada pengalaman- pengalaman yang ringan. Pengalaman- pengalaman yang ringan ini kadang- kadang dapat terjadi pada kita semua. Akan tetapi individu yang lebih sehat memiliki pengalaman-pengalaman puncak lebih sering dari pada orang- orang biasa, dan mungkin sering kali terjadi setiap hari.
9. Memiliki identitas sosial dan minat sosial yang kuat
Pengaktualisasian diri memiliki perasaan empati dan afeksi yang sangat kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan. Mereka adalah anggota dari satu keluarga (manusia) dan memiliki suatu perasaan persaudaraan dengan setiap anggota lain dalam keluarga.
Orang- orang yang sehat mengetahui bahwa mereka dapat mencapai hal- hal dengan lebih baik daripada orang-orang lain dan bahwa mereka melihat dan memahami hal- hal itu dengan lebih jelas.mereka mungkin kerapkali merasa tertekan atau marah karena tingkah laku orang- orang lain yang bodoh, lemah, atau kasar tetapi mereka cepat memahami dan memaafkannya.


10. Memiliki relasi yang akrab dengan beberapa teman
Mampu mengadakan hubungan yang lebih kuat dengan orang- orang lain daripada orang- orang yang memiliki kesehatan jiwa yang biasa. Mereka memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang lebih dalam, dan identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu lain.
Meskipun orang-orang yang akrab dengan mereka adalah kecil, namun aktualisasi diri berbudi baik dan sabar terhadap orang-orang lain, khusunya terhadap anak- anak. Mereka membenci dan kejam terhadap orang yang kritis, congkak atau sombong.
Cinta mereka bukan cinta yang egoistik, dimana memberi cinta sekurang- kurangnya sama pentingnya dengan menerima cinta dimana perhatian seseorang terhadap pertumbuhan dan perkembangan orang lain adalah sebanyak perhatian terhadap pertumbuhan diri sendiri.
11. Mengarah pada nilai-nilai demokratis
Orang yang sehat membiarkan dan menerima semua orang tanpa memperhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan, golongan politik atau agama, ras, atau warna kulit. Mereka sangat siap mendengarkan atau belajar dari siapa saja yang dapat mengajarkan sesuatu kepada mereka.
12. Memiliki nilai-nilai moral yang tangguh
Dapat membedakan dengan jelas antara sarana dan tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita-cita jauh lebih penting daripada sarana untuk mencapainya. Mereka juga sanggup membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah. Orang yang kurang sehat kerapkali bingung atau tidak konsisten dalam hal- hal etis, terombang- ambing, atu berganti-ganti antara benar dan salah menurut keuntungannya.
13. Menemukan hal-hal baru, ide-ide segar, dan kreatif
Kreatifitas merupakan suatu sifat yang diharapkan seseorang dari pengaktualisasi- pengaktualisaasi diri mereka adalah asli, inventif, dan inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian menghasilkan suatu karya seni. Maka kreatifitas lebih merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan beraksi terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari suatu karya seni
2.2  Seni
Seni berasal dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan, dan pelayanan. Kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian. Menurut Padmapusphita, kata seni berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa Latin disebut genius, artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir.
Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur / Ketulusan jiwa”. Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan orang/ seniaman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini, karena kenyataannya kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh suasana kesenian, biarlah orang memilih yang mana terserah mereka.
Berdasarkan penelitian para ahli menyatakan seni/karya seni sudah ada + sejak 60.000 tahun yang lampau. Bukti ini terdapat pada dinding-dinding goa di Prancis Selatan. Buktinya berupa lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba. Artefak/bukti ini mengingatkan kita pada lukisan moderen yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebaan mengubah bentuk. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia Purba dengan manusia Moderen adalah terletak pada tujuan penciptaannya. Kalau manusia purba membuat karya seni atau penanda kebudayaan pada massanya adalah semat-mata hanya untuk kepentingan Sosioreligi, atau manusia purba adalah figure yang masih terkungkung oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia moderen membuat karya seni atau penanda kebudayaan pada massanya digunakan untuk kepuasan pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungannya “mungkin”. Dengan kata lain manusia moderen adalah figure yang ingin menemukan hal-hal yang baru dan mempunyai cakrawala berfikir yang lebih luas. Semua bentuk kesenian paa jaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magis; karena memang demikian awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam sampai pada kesadaran terhadap keberadaan alam.
Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan bersama/milik bersama.karya- karya seni yang ditinggalkan pada masa pra-sejarah digua-gua tidak pernah menunjukan identitas pembuatnya. Demikian pula peninggalan-peninggalan dari masa lalu seperti bangunan atau artefak di mesir kuno, Byzantium, Romawi, India, atau bahkan di Indonesia sendiri. Kalupun toh ada penjelasan tertentu pada artefak tersebut hanya penjelasan yang menyatakan benda/bangunan tersebut di buat untuk siapa”. Ini pun hanya ada pada setelah jaman, katanya para ahli arkiologi sich saya sendiri tidak tahu pasti. Kita bisa menyimpulkan kesenian pada jaman sebelum moderen kesenian tidak beraspek individulistis.
Seiring dengan perkembangan waktu, banyak definisi seni diungkapkan oleh beberapa ahli. Berikut diuraikan beberapa definisi seni menurut para ahli :
  1. Everyman Encyklopedia
Menurut Everyman Encyklopedia, seni adalah segala sesuatu yang dilakukan orang, bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan karena kehendak kemewahan, kenikmatan, ataupun kebutuhan spiritual.
  1. Ensiklopedi Indonesia
Di dalam Ensiklopedia Indonesia dinyatakan bahwa seni merupakan ciptaan segala hal karena keindahannya orang senang melihat atau mendengarkannya.
  1. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara berpendapat, seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidupnya, perasaan, dan bersifat indah sehingga dapat menggetarkan jiwa perasaan manusia.
  1. Akhdiat Karta Miharja
Akhdiat Karta Miharja berpendapat, seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan kenyataan dalam suatu karya, bentuk, dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani.
  1. Prof. Drs. Suwaji Bastomi
Hal senada diungkapkan oleh Prof. Drs. Suwaji Bastomi bahwa seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetis yang dinyatakan dalam bentuk agung, mempunyai daya untuk membangkitkan rasa takjub dan haru.
  1. Drs. Sudarmaji
Drs. Sudarmaji berpendapat, seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan media garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan gelap terang.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seni merupakan hasil aktivitas batin yang direfleksikan dalam bentuk karya yang dapat membangkitkan perasaan orang lain. Dalam pengertian ini yang termasuk seni adalah kegiatan yang menghasilkan karya indah.
Definisi umum seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan oleh manusia.


BAB III
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
3.1       Deskripsi Subjek
3.1.1  Apa ?
Seni kerajinan keramik merupakan sebuah karya yang dibuat tangan oleh seorang ahli. Kerajinan ini dibuat dari bahan semen yang dicetak. Cetakannya terbuat dari silicon yang diberi sedikit bahan tambahan.
   Kerajinan keramik yang dihasilkan lebih mengarah ke pembuatan figura kecil yang dianggap ramai di pasaran. Tapi juga menerima model yang lain algi sesuai dengan pesanan pelanggan.
Kami melakukan observasi terhadap individu yang berprofesi sebagai pengrajin figora, yang memiliki tujuan kami ingin mengetahui apakah individu tersebut memiliki kepribadian sehat dengan berprofesi sebagai pengrajin figora yang sesuai dengan teorinya Abraham Maslow.
3.1.2  Siapa ?
                        Subjek yang kami teliti bernama Bapak Khorijin, beliau berusia 36 tahun.  Bapak ini seorang pecinta seni keramik sejak beliau muda, bahkan sekolahnyapun mendalami ilmu kerajinan seni keramik, sehingga beliau bekerja sebagai pengrajin seni keramik dari dulu hingga saat ini.
                        Hasil keramik yang dihasilkan, dikirimkan sesuai pemesan, pemesannyapun ada yang berasal dari kota sendiri juga ada yang berasal dari luar kota. Yang dari kota sendiri biasanya dari Sengkaling dan Jatim Park. Kalau dari luar kota kebanyakan dari daerah Cepu dan Jogja.
3.1.3  Kapan ?
            Subjek mulai mengerjakan kerajinan seni figuranya dimulai dari pukul 07.30 hingga pukul 16.00, kecuali ketika memiliki pesanan yang sedikit lebih banyak, subjek mengerjakannya terkadang sampai waktu maghrib.


3.1.4  Dimana?
Penelitian dilakukan di Jalan MT Haryono XI D / 463, Malang 65144. Subjek bekerja pada Bapak Sodir yang bertempat tinggal di Jalan MT Haryono XI D / 463, Malang 65144.
Subjek tinggal di Malang, di daerah swalayan Persada. Subjek memperdalam imu mengenai kerajinan seni keramik figura ini dari sekolah SMK di bandung yang memang mempelajari bidang tersebut.
3.1.5  Mengapa ?
Alasan mengapa peneliti memilih seorang pengrajin seni keramik figura untuk diteliti, karena profesi ini cukup unik dan yang satu ini memang sudah tidak asing lagi dimata kebanyakan orang, khususnya wisatawan.
Ketertarikan lainnya adalah peneliti mendengar lokasi subjek bekerja di perkampungan khusus untuk pekerja keramik. Subjekpun termasuk salah satu orang yang dikenal sangat kreatif, karena dikatakan bahwa hanya subjek ini yang dapat membuat cetakan sebelum keramik dibuat.
3.2   Gambaran Latar Belakang Kehidupan Budaya Subjek
Di daerah Dinoyo terdapat kampung dimana mayoritas masyarakatnya adalah pengrajin keramik, keramik Dinoyo memiliki kualitas yang sangat bagus dibandingkan dengan keramik lainnya. Baik dalam kualitas desainnya, motif keramiknya dan macam jenis kerajinan keramiknya. Salah satu kerajinan dari daerah ini yakni kerajinan pigura. Kerajinan ini cukup familiar bagi wisatawan, karena selalu menjadi cindera mata khas kota Malang yang banyak dijumpai di tempat-tempat pariwisata.
Kerajinan ini berawal dari adanya pabrik besar di daerah Dinoyo. Namun karena sesuatu hal, pabrik tersebut terpaksa ditutup. Meskipun sudah tutup, namun kerajinan pigura ini kian menjamur di masyarakat Dinoyo sehingga menjadi kerajinan home industry. Keahlian pembuatan karya seni dari para pengrajin pigura ini ada yang diturunkan turun temurun dan ada juga yang menempuh kursus untuk mendalami bidang ini di luar kota sehingga menjadikan pengrajin-pengrajin yang kreatif.
Karena adanya kerajinan seni Dinoyo, daerah ini kemudian dinamakan kampung wisata keramik. Tujuan diberi nama kampung wisata keramik tersebut adalah untuk mengundang wisatawan dari luar kota maupun manca negara untuk memperkenalkan pusat pembuatan macam-macam kerajinan keramik asli kota Malang.
3.3   Aktifitas dan Keseharian Subjek
Mayoritas warga di kampung wisata keramik ini memang berprofesi sebagai pengrajin keramik. Namun saat ini kerajinan keramik itu sendiri tidak terlalu banyak pembelinya, pengrajin-pengrajin ini kemudian membuat kerajinan pigura agar tetap dapat menopang perekonomian keluarga mereka. Karena kerajinan pigura ini merupakan salah satu cindera mata khas kota Malang yang familiar bagi wisatawan di setiap tempat wisata sehingga penjualan kerajinan ini pun banyak peminatnya.
Untuk menjadi pengrajin pigura ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, butuh kemauan dari diri sendiri, waktu, dan proses belajar. Beberapa pengrajin memang mendapatkan ilmu tentang pembuatan kerajinan pigura ini secara turun temurun, namun Subjek kami mendapatkan ilmu tentang pembuatan kerajinan pigura ini dari hasil belajarnya di kota Bandung. Beliau tidak mendapatkan ilmu ini secara turun temurun dari keluarganya, melainkan karena kemauan dari dirinya sendiri beliau mempelajari bagaimana cara pembuatan kerajinan pigura ini.
Berdasarkan dari penuturan Subjek kami, beliau tidak menurunkan ilmu yang beliau miliki pada anaknya. Beliau beralasan bahwa kerajinan pigura saat  ini sudah tidak berkembang lagi seperti dulu karena hanya begini-begini saja. Oleh karena itu, beliau memutuskan untuk menekuni profesi ini sebagai hobi selain sebagai penunjang ekonomi keluarganya.
Meskipun subjek kami menekuni profesi ini sebagai hobi tidak lantas membuatnya bekerja seenaknya sendiri. Beliau menuturkan bahwa pekerjaan ini dijalaninya dengan santai tapi tetap serius. Beliau bekerja mulai dari jam 07.30-16.00 dengan waktu istirahat 1 jam setiap harinya. Kesibukan waktu bekerja beliau ditambah target setiap harinya yang harus dipenuhi tidak membuatnya bersikap individualis di lingkungan masyarakat, beliau masih tetap aktif bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya juga. (hasil wawancara, 16 Maret 2013; 13.30 WIB)
3.4 Kepribadian Sehat Menurut Subjek
Seseorang yang memiliki kepribadian sehat menurut Subjek adalah seseorang yang memiliki sifat, sikap, dan perilaku apa adanya dalam menjalani kehidupan ini. Maksud dari apa adanya adalah menjalani hidup ini sesuai dengan kenyataan yang ada. Tidak larut dalam khayalan dan tidak terlalu menerawang ke alam imajinasi. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara mengendalikan jiwa untuk dapat menerima dan menikmatinya. Orang yang apa adanya adalah orang yang telah berusaha maksimal dan menerima hasil usahanya tersebut dengan rasa syukur dan ada usaha untuk berusaha dengan lebih baik lagi.
Perkembangan ekonomi di era global ini sangatlah pesat. Kondisi dunia yang penuh kenikmatan, banyak pilihan, penuh rupa, dan banyak warna. Semua itu bercampur baur dengan kecemasan dan kesulitan hidup. Kebutuhan manusia pun semakin meningkat. Bagi orang yang selalu ingin memenuhi semua kebutuhannya mungkin sangat sulit untuk menjadi pribadi yang apa adanya.
Hal ini ternyata tidak berlaku bagi Subjek kami. Berapapun hasil usaha, sedikit atau banyak, beliau menerimanya dengan lapang dada atau rasa syukur. Terbukti beliau menjalani profesi ini dengan perasaan bahagia, tenang, dan selalu menghasilkan karya-karya yang kreatif. Meskipun pendapatan yang beliau dapatkan masih belum mencukupi kebutuhan keluarganya, beliau tetap ada usaha untuk menambah pendapatannya tersebut dengan mencari pekerjaan sambilan. Jadi, dapat kami simpulkan kepribadian sehat menurut Subjek tidaklah semata-mata dapat didefinisikan melalui kata-kata, tapi melalui perilaku beliau yang pantang menyerah untuk menghadapi kesulitan dalam hidup ini, menjalani kehidupan ini dengan tenang dan perasaan bahagia, serta selalu bersyukur dengan apa yang diterimanya.

BAB IV
KESIMPULAN
Menurut Maslow jika tingkat kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat terpenuhi, maka kita tidak bisa disebut sebagai manusia yang sehat secara psikologis. Maslow juga menyebutkan bahwa orang yang sehat adalah orang mampu mengaktualisasikan diri mereka dengan baik dan imbang, mereka juga dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi yaitu memenuhi potensi-potensi yang mereka miliki serta mengetahui dan memahami dunia sekitar mereka. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu tidak berjuang, tetapi mereka berusaha, Maslow menyebut teori ini dalam “metamotivation”. Ia juga menulis “Motif yang paling tinggi ialah tidak didorong dan tidak berjuang”, itu berarti memang orang yang mampu mengaktualisasikan diri tidak berjuang melainkan berusaha.

Menurut Maslow, syarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan kebutuhan-kebutuhan, seperti memuaskan hierarki empat kebutuhan yang ada, diantaranya yang pertama adalah kebutuhan akan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, cinta kasih, serta penghargaan diri. Dan kebutuhan ini harus terpenuhi sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.

Seseorang yang memiliki kepribadian sehat menurut Subjek adalah seseorang yang memiliki sifat, sikap, dan perilaku apa adanya dalam menjalani kehidupan ini. Maksud dari apa adanya adalah menjalani hidup ini sesuai dengan kenyataan yang ada. Tidak larut dalam khayalan dan tidak terlalu menerawang ke alam imajinasi. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara mengendalikan jiwa untuk dapat menerima dan menikmatinya. Orang yang apa adanya adalah orang yang telah berusaha maksimal dan menerima hasil usahanya tersebut dengan rasa syukur dan ada usaha untuk berusaha dengan lebih baik lagi.

Perkembangan ekonomi di era global ini sangatlah pesat. Kondisi dunia yang penuh kenikmatan, banyak pilihan, penuh rupa, dan banyak warna. Semua itu bercampur baur dengan kecemasan dan kesulitan hidup. Kebutuhan manusia pun semakin meningkat. Bagi orang yang selalu ingin memenuhi semua kebutuhannya mungkin sangat sulit untuk menjadi pribadi yang apa adanya.
Hal ini ternyata tidak berlaku bagi Subjek kami. Berapapun hasil usaha, sedikit atau banyak, beliau menerimanya dengan lapang dada atau rasa syukur. Terbukti beliau menjalani profesi ini dengan perasaan bahagia, tenang, dan selalu menghasilkan karya-karya yang kreatif. Meskipun pendapatan yang beliau dapatkan masih belum mencukupi kebutuhan keluarganya, beliau tetap ada usaha untuk menambah pendapatannya tersebut dengan mencari pekerjaan sambilan. Jadi, dapat kami simpulkan kepribadian sehat menurut Subjek tidaklah semata-mata dapat didefinisikan melalui kata-kata, tapi melalui perilaku beliau yang pantang menyerah untuk menghadapi kesulitan dalam hidup ini, menjalani kehidupan ini dengan tenang dan perasaan bahagia, serta selalu bersyukur dengan apa yang diterimanya.


DAFTAR PUSTAKA

Hall, C.S., Lindzey, G. (1993). Psikologi kepribadian 2; teori-teori holistik (organismik-fenomenologis).  Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: Penrbit Kanisius.
Siswanto. (2007). Kesehatan mental. Yogyakarta: Penerbit Andi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar