BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang Penelitian
Masyarakat merupakan suatu kumpulan
individu yang selalu bergerak atau selalu mengalami perubahan. Perubahan pada
setiap kelompok masyarakat mempunyai takaran atau ukuran yang berbeda-beda, ada
yang mengalami suatu perubahan yang relatif cepat, ada juga perubahan yang
sedang dan lambat. Kadang suatu perubahan, ada yang terencana ada pula
perubahan yang tak terencana.
Modernisasi merupakan suatu proses
peralihan kompleks kondisi masyarakat. Puncak dari modernisasi adalah
terciptanya masyarakat yang modern atau masyarakat maju, karena pada hakikatnya
semua jenis perubahan akan selalu menuju pada suatu keadaan yang lebih baik
atau maju. Kemajuan dewasa ini telah banyak memberikan hal yang positif dalam
kepribadian sehat seseorang.
Menurut Maslow jika tingkat
kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat terpenuhi, maka kita tidak bisa disebut
sebagai manusia yang sehat secara psikologis. Maslow juga menyebutkan bahwa
orang yang sehat adalah orang mampu mengaktualisasikan diri mereka dengan baik
dan imbang, mereka juga dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih
tinggi yaitu memenuhi potensi-potensi yang mereka miliki serta mengetahui dan
memahami dunia sekitar mereka. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu tidak
berjuang, tetapi mereka berusaha, Maslow menyebut teori ini dalam
“metamotivation”. Ia juga menulis “Motif yang paling tinggi ialah tidak
didorong dan tidak berjuang”, itu berarti memang orang yang mampu
mengaktualisasikan diri tidak berjuang melainkan berusaha.
Kita juga tidak membutuhkan
kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam waktu yang sama, akan tetapi dapat
membutuhkannya dalam waktu yang berbeda. Hanya kebutuhan yang sangat penting
yang akan dirasakan pada saat bersamaan dan dalam setiap momen tertentu. Untuk
itulah kepribadian sehat sangat penting untuk setiap orang.
Negara Indonesia adalah salah satu
Negara yang selalu berusaha untuk berkembang dalam perubahan-perubahan di era
global ini. Hal ini terbukti dengan masyarakat Indonesia itu sendiri yang
dinamis dalam menghadapi era ini. Salah satu perubahan dinamis itu terletak
pada bidang ekonomi dan budaya. Masyarakat Indonesia senantiasa selalu berusaha
untuk mengembangkan budaya Indonesia dengan hasil-hasil karya seni yang bermutu
sekaligus menunjang kehidupan ekonomi mereka.
Dan Indonesia merupakan salah satu
Negara yang memiliki hasil karya seni beragam. Hasil karya-karya seni Indonesia
selain bentuknya beragam namun tetap menunjukkan ciri khas dari tiap-tiap
daerah penghasil karya seni tersebut. Tidak terkecuali kota Malang ini. Siapa
yang tidak mengenal Kota berhawa sejuk di Provinsi Jawa Timur ini, Kota yang
terkenal dengan berbagai macam tempat pariwisata, penghasil buah apel, dan
penghasil karya-karya seninya.
Salah satu dari karya seni yang cukup
familiar dengan wisatawan yakni kerajinan pigura. Kerajinan pigura ini memang
salah satu cindera mata yang menjadi komoditas di setiap tempat pariwisata.
Bentuknya yang sederhana, unik, dan lucu memang menjadi daya tarik tersendiri
bagi wisatawan domestik maupun wisatawan asing.
Dengan pentingnya kepribadian sehat
yang harus dimiliki oleh setiap orang, kami memutuskan untuk melakukan
observasi pada seorang seniman pigura di Malang. Karena melalui kesederhanaan
hasil karya yang dihasilkan oleh pengrajin seni ini membuat keistimewaan
tersendiri yang ditujukan sebagai cindera mata khas Kota Malang bagi wisatawan.
Hal ini juga sebagai implikasi dari kepribadian sehat pengrajin pigura tersebut
dengan hasil karya seni yang dibuatnya.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
penerapan teori kepribadian sehat menurut Abraham H. Maslow terhadap individu
dengan profesi sebagai pengrajin figora?
2.
Bagaimana
penerapan konsep kepribadian sehat menurut individu dengan profesi sebagai
pengrajin figora?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui penerapan teori kepribadian sehat menurut Abraham H. Maslow
terhadap individu dengan profesi sebagai pengrajin figora.
2. Mengetahui penerapan konsep kepribadian sehat menurut individu dengan
profesi sebagai pengrajin figora.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Teori Kepribadian Abraham
Maslow
Biografi
Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow
lahir pada 1 April 1908 di Brooklyn, New York . Maslow adalah anak sulung dari
tujuh bersaudara yang lahir dari imigran Yahudi Rusia. Relatif tidak
berpendidikan sendiri mereka melihat belajar sebagai kunci untuk anak-anak
mereka berhasil di tanah air baru mereka. Dengan demikian semua anak-anak
mereka didorong untuk belajar; Abraham anak tertua didorong sangat keras karena
ia diakui sebagai seorang intelektual di usia muda.
Maslow sendiri merasa
bahwa masa kecilnya relatif bahagia, sendirian di lingkungan aneh dia
berlindung dalam mempelajari dan buku-bukunya. Maslow menghabiskan masa
kecilnya di Brooklyn.
Di sekolah Maslow
adalah murid ilmiah, dan berhasil mendapatkan tempat di City College of New
York . Maslow awalnya belajar hukum untuk memenuhi keinginan orang tuanya, tapi
ia menghadiri kuliah di Universitas Wisconsin. Di Wisconsin ia berubah tunduk
ke psikologi, menerima gelar BA pada tahun 1930, gelar MA pada tahun 1931 dan
Ph.D pada tahun 1934. Di Wisconsin ia dibimbing oleh Harry Harlow, seorang
psikolog terkenal untuk karyanya pada monyet rhesus dan perilaku. Maslow
mengembangkan melihat perilaku dominasi primata dan seksualitas.
Selama periode tentang
belajar di Wisconsin, Maslow menikahi sepupunya, Bertha Goodman, dengan siapa
Maslow mempunyai dua anak perempuan.
Setelah Ph.D, Maslow
kembali ke New York pada tahun 1935, di mana ia melanjutkan studi psikologinya
di Universitas Kolombia. Bekerja dengan EL Thorndike, Maslow terus
mengembangkan minatnya pada seksualitas manusia.
Pada tahun 1937 Maslow
mengambil sebuah posting mengajar di Brooklyn College, di mana ia segera
menemukan mentor lebih lanjut dalam Alfred Adler dan Erich Fromm. Adler dan
Fromm adalah psikolog terkemuka Eropa. juga belajar dari antropolog Ruth
Benedict dan psikolog Freudian Max Wertheimer Maslow. Maslow meskipun akan
belajar dari mencatat perilaku mereka.
Pada tahun 1951 Maslow
pindah ke Brandeis University, sebuah universitas riset Massachusetts swasta,
di mana mengambil kursi dari departemen psikologi. Posisi ini memungkinkan dia
untuk lebih fokus pada karya teoretisnya. Di Brandeis Maslow juga menjadi
berteman dengan Kurt Goldstein, yang memperkenalkan Maslow dengan teori
aktualisasi diri. Maslow tetap di Brandeis sampai 1969, sebelum yang singkat
sebagai sesama di Laughlin Institute di California.
Teori Humanistik dan Aktualisasi
Diri
Abraham Maslow dikenal
sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy
of Needs atau Hirarki Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman
hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya. Setelah perang
dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog psikolog sebelumnya
tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki
gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.
Psikolog
humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk
merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan
aktualisasi diri. Untuk
membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di
sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari
seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang
dengan masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia
baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut
selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia
yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman
dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.
Hirarki Kebutuhan
Interpretasi
dari Hirarki Kebutuhan Maslow yang direpresentasikan dalam bentuk piramida
dengan kebutuhan yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah
Maslow menggunakan piramida
sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori
hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis)
sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Hierarki kebutuhan manusia
Kita didorong oleh
kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa sejak lahir yang tersusun dalam suatu
tingkat dari yang paling kuat sampai yang paling lemah. Ibarat suatu tangga,
kita harus meletakkan kaki pada anak tangga pertama sebelum berusaha mencapai
anak tangga kedua, dan seterusnya, sampai kita mampu naik pada tingkat yang
paling tinggi. Dan kebutuhan-kebutuhan itu adalah :
1. Kebutuhan Fisiologis. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan-kebutuhan yang jelas terhadap makanan,
air, udara, tidur, seks dan pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan itu sangat
penting untuk kelangsungan hidup. Dan juga kebutuhan ini merupakan yang terkuat
dan sifatnya amat penting dari semua kebutuhan.
2. Kebutuhan Akan Rasa Aman. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan akan jaminan,
stabilitas, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Kebutuhan akan rasa
aman juga merupakan kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan agar dapat
melangsungkan hidup dengan baik.
3. Kebutuhan Akan Memiliki
Cinta dan Kasih. Kebutuhan ini semacam
layak untuk mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap orang lain, baik
seperti orang tua, kakak, adik, sahabat, ataupun saudara dengan tujuan agar
merasakan perasaan memiliki. Kita memuaskan kebutuhan-kebutuhan kita akan cinta
dengan membangun suatu hubungan akrab dan penuh perhatian, dan dalam hubungan
ini memberi dan menerima cinta adalah sama pentingnya.
4. Kebutuhan Akan Penghargaan. Yaitu penghargaan yang berasal dari orang lain dan juga terhadap diri
sendiri. Penghargaan yang berasal dari orang lain (dari luar) misalnya
popularitas ataupun keberhhasilan dalam masyarakat. Ada banyak cara juga supaya
orang lain bisa menghargai kita, menurut saya apabila dengan cara yang negatif,
kita bisa saja memamerkan serta gengsi kita dengan apa yang kita miliki,
seperti mengendarai mobil mewah yang kita miliki, membeli rumah besar, dsb.
Kita tidak dapat menghargai diri kita jika kita tidak mengetahui kita apa dan
siapa.
5.
Aktualisasi diri. Apabila kita telah memuaskan semua kebutuhan diatas,
maka kita didorong oleh kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri.
Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi
dan penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita.
Kita harus bisa menjadi menurut potensi yang kita miliki. Maslow menyebutkan
apabila kita dapat memuaskan kebutuhan kita dari tingkat yang rendah, kita
masih merasa aman secara fisik maupun emosional, mempunyai rasa memiliki dan
juga merasa bahwa kita adalah diri yang berharga. Namun apabila kita gagal
dalam tahap aktualisasi diri ini, maka kita akan merasa kecewa, tidak tenang
dan tidak puas. Dengan begitu, kita tidak akan berada dalam damai pada diri
kita sendiri dan tidak bisa dikatakan bahwa kita sehat secara psikologis.
Maslow menyebut empat kebutuhan mulai dari
kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan sebutan
homeostatis. Homeostatis adalah prinsip yang mengatur cara kerja termostat
(alat pengendali suhu). Kalau suhu terlalu dingin, alat itu akan menyalakan
penghangat, sebaliknya kalau suhu terlalu panas, ia akan menyalakan dingin. Begitu pula dengan tubuh manusia, ketika manusia merasa kekurangan
bahan-bahan tertentu, dia akan merasa memerlukannya. Ketika dia sudah cukup
mendapatkannya, rasa butuh itu pun kemudian berhenti dengan sendirinya.
Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik ini
kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman, cinta dan harga diri yang
biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Maslow menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk
bertahan. Cinta dan kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan ini sudah
ada sejak lahir persis sama dengan insting.
Kepribadian yang sehat
menurut Maslow
Seperti yang disebutkan
diatas, menurut Maslow jika tingkat kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat
terpenuhi, maka kita tidak bisa disebut sebagai manusia yang sehat secara
psikologis. Maslow juga menyebutkan bahwa orang yang sehat adalah orang mampu
mengaktualisasikan diri mereka dengan baik dan imbang, mereka juga dapat
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi yaitu memenuhi
potensi-potensi yang mereka miliki serta mengetahui dan memahami dunia sekitar
mereka. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu tidak berjuang, tetapi
mereka berusaha, Maslow menyebut teori ini dalam “metamotivation”. Ia juga
menulis “Motif yang paling tinggi ialah tidak didorong dan tidak berjuang”, itu
berarti memang orang yang mampu mengaktualisasikan diri tidak berjuang
melainkan berusaha.
Menurut Maslow, syarat
untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tadi
tela disebutkan, yaitu memuaskan hierarki empat kebutuhan yang ada, diantaranya
yang pertama adalah kebutuhan akan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, cinta
kasih, serta penghargaan diri. Dan kebutuhan ini harus terpenuhi sebelum timbul
kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kita juga tidak
membutuhkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam waktu yang sama, akan tetapi
dapat membutuhkannya dalam waktu yang berbeda. Hanya kebutuhan yang sangat
penting yang akan dirasakan pada saat bersamaan dan dalam setiap momen
tertentu.
Perbedaan “meta needs”
dengan “deficiency needs”
Meta needs (meta kebutuhan) merupakan keadaan-keadaan pertumbuhan kearah mana
pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri bergerak. Maslow juga menyebut kebutuhan
tersebut B-values, dan B-values adalah tujuan dalam dirinya sendiri dan bukan
alat untuk mencapai tujuan lain, keadaan-keadaan ada dan bukan berjuang kearah
objek tujuan yang sifatnya khusus. Apabila keadaan-keadaan ini ada sebagai
kebutuhan-kebutuhan dan untuk memuaskan atau mencapai keadaan tersebut gagal,
maka akan menyakitkan, sama seperti kegagalan untuk memuaskan beberapa
kebutuhan yang lebih rendah.
Sedangkan Deficiency
needs, suatu kekurangan kebutuhan dimana individu tak dapat memenuhi
kebutuhannya, kebutuhan yang timbul karena kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan
ini diperlukan bantuan orang lain. Deficiency need ini
meliputi: kebutuhan jasmaniah, keamanan, memiliki dan mencintai serta harga
diri. Dan sifat-sifat dari deficiency needs adalah ketiadaannya menimbulkan
penyakit, keberadaannya mencegah timbulnya penyakit, pemulihannya menyembuhkan
penyakit, dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas
memilih, orang yang kekurangan kebutuhan akan mengutamakan pemuasan
kebutuhan ini dibandingkan jenis kepuasan yang lain. Serta kebutuhan ini tidak
aktif, lemah, atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
Ciri-ciri “actualized
people”
Ciri dari orang yang mampu
meng-aktualisasikan diri (pribadi-pribadi yang sehat) mereka adalah
sebagai berikut :
1.
Menerima realitas secara tepat
Orang-orang yang sangat sehat mengamati objek-objek dan
orang-orang di dunia sekitarnya secara objektif, teliti terhadap arang lain,
mampu menemukan dengan cepat penipuan dan ketidakjujuran. Mereka bersandar
semata-mata pada keputusan dan persepsi mereka sendiri serta tidak terdapat
pandangan-pandangan yang berat sebelah atau prasangka-prasangka.
Kepribadian-kepribadian yang tidak sehat mengamati dunia
menurut ukuran-ukuran subjektif mereka sendiri, memaksa dunia untuk
mencocokannya dengan bentuk ketakutan-ketakutan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai.
Semakin objektif kita mampu menggambarkan kenyataan, maka semakin baik
kemampuan kita untuk berpikir secara logis, untuyk mencapai
kesimpulan-kesimpulan yang tepat, dan pada umumnya untuk menjadi efisien secara
intelektual.
2. Menerima diri
dan orang lain apa adanya
Orang-orang yang
mengaktualisasikan diri menerima diri mereka. Kelemahan-kelemahan dan
kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atas kesusahan. Sesungguhnya, mereka
tidak terlampau banyak memikirkannya. Meskipun individu-individu yang sangat
sehat ini memiliki kelemahan–kelemahan atau cacat-cacat, tetapi mereka tidak
merasa malu atau merasa bersalah terhadap hal-hal tersebut.
Karena orang-orang sehat
ini begitu menerima kodrat mereka, maka mereka tidak harus mengubah atau
memlsukan diri mereka. Mereka santai dan puas denagn diri mereka dan penerimaan
ini berlaku bagi semua tingkat kehidupan.
Sebaliknya, orang-orang
neurotis dilumpuhkan oleh persaan malu atau perasaan salah atas
kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan mereka, begitu di hantui sehingga
mereka mengalihkan waktu dan energi dari hal-hal yang lebih konstuktif.
3.
Bertindak secara spontan dan alamiah, tidak dibuat-buat
Pengaktualisasian diri
bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Kita dapat
mengatakan bahwa orang-orang ini bertingkah laku secara kodrati yakni sesuai
dengan kodrat mereka.
Dalam situasi dimana
ungkapan perasaan yang wajar dan jujur dapat menyakitkan orang lain, atau
dimana hal tersebut tidak penting, maka untuk sementara mereka mengekang
persaaan-perasaan itu. Jadi, mereka tidak sengaja menjadi tidak konvensional
atau memberontak, mereka tidak mau mencari kesenangan dalam mencemoohkan dengan
sengaja aturan-aturan dan adat-adat sosial.
Akan tetapi dalam situasi
di mana menaruh hormat kepada kebiasaan social mengganggu apa yang dianggap
penting oleh orang-orang yang sehat, mereka tidak ragu menentang kebiasaan
tersebut. Lagi pula mereka sendiri adalah wajar dan
sederhana, merasa yakin dan aman, serta tidak konvensioanal dengan tidak
bersikap agresif dan memberontak.
4.
Memusatkan pada masalah-masalah bukan pada
perseorangan
Orang yang mengaktualisasikan diri mencintai
pekerjaan mereka dan berpendapat bahwa pekerjaan itu tentu saja cocok untuk
mereka. Pekerjaan mereka adalah sesuatu yang ingin mereka lakukan; tentu,
sesuatu yang harus mereka lakukan tidak semata-mata suatu pekerjaan untuk
mendapat penghasilan.
Mereka tidak melakukan pekerjaan untuk
mendapatkan uang,popularitas atau kekuasaan, tetapi karena pekerjaan itu
memuaskan meta kebutuhan. Menantang dan mengembangakan kemampuan-kemempuan
mereka, menyebabkan mereka bertumbuh sampai pada tingkat potensi mereka yang
paling, dan membantu merumuskan pengertian mereka tentang diri mereka siapa dan
apa.
5.
Memiliki kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri
memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Mereka tidak
tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan mereka dan dengan demikian
mungkin mereka menjauhkan diri dan tidak ramah. Tingkah laku dan perasaan
mereka sangat egosentris dan terarah kepada diri mereka sendiri.
Sebaliknya, orang-orang neuorotis biasanya
snagat emosional tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan dimana mereka
tidak mampu menghasilkan untuk diri mereka.
6.
Memiliki ruang untuk diri pribadi
Pengaktualisasian diri untuk berfungsi secara
otonom terhadap lingkungan social dan fisik. Kepribadian-kepribadian yang sehat
dapat berdiri sendiri dan tingkat otonomi mereka yang tinggi menaklukan mereka,
agak tidak mempan terhadap krisis atau kerugian. Kemalangan-kemalangan yang
dapat mengahncurkan orang-orang yang sehat mungkin hampir tidak dirasakan oleh
mereka. Mereka mempertahankan suatu ketenangan dasar di tengah apa yang dilihat
oleh orang-orang yang kurang sehat sebagai malapetaka.
7.
Menghargai dan terbuka akan pengalaman-pengalaman dan kehidupan baru
Menghargai pengalaman-pengalaman tertentu
bagaimanapun seringnya pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan
kenikmatan yang segar, perasaan terpesona dan kagum. Suatu pandangan yang bagus
atau menyegarkan terhadap dorongan setiap hari untuk bekerja. Sebagai
akibatnya, mereka merasa kurang pasti, tetapi senantiasa berterima kasih
terhadap apa yang mereka miliki dan dapat mereka alami.
8.
Memiliki pengalaman-pengalaman yang memuncak
Dimana orang-orang yang mengaktualisasikan diri
mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap,
sama seperti pengalaman-pengalaman keagamaan yang mendalam.
Maslow menunjukan bahwa tidak semua pengalaman
puncak itu sangat kuat; dapat juga ada pengalaman- pengalaman yang ringan.
Pengalaman- pengalaman yang ringan ini kadang- kadang dapat terjadi pada kita
semua. Akan tetapi individu yang lebih sehat memiliki pengalaman-pengalaman
puncak lebih sering dari pada orang- orang biasa, dan mungkin sering kali
terjadi setiap hari.
9. Memiliki identitas sosial dan minat sosial yang kuat
Pengaktualisasian diri
memiliki perasaan empati dan afeksi yang sangat kuat dan dalam terhadap semua
manusia, juga suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan. Mereka adalah anggota
dari satu keluarga (manusia) dan memiliki suatu perasaan persaudaraan dengan
setiap anggota lain dalam keluarga.
Orang- orang yang sehat
mengetahui bahwa mereka dapat mencapai hal- hal dengan lebih baik daripada
orang-orang lain dan bahwa mereka melihat dan memahami hal- hal itu dengan
lebih jelas.mereka mungkin kerapkali merasa tertekan atau marah karena tingkah
laku orang- orang lain yang bodoh, lemah, atau kasar tetapi mereka cepat
memahami dan memaafkannya.
10.
Memiliki relasi yang akrab dengan beberapa teman
Mampu mengadakan hubungan yang lebih kuat
dengan orang- orang lain daripada orang- orang yang memiliki kesehatan jiwa
yang biasa. Mereka memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang lebih
dalam, dan identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu lain.
Meskipun orang-orang yang akrab dengan mereka
adalah kecil, namun aktualisasi diri berbudi baik dan sabar terhadap
orang-orang lain, khusunya terhadap anak- anak. Mereka membenci dan kejam
terhadap orang yang kritis, congkak atau sombong.
Cinta mereka bukan cinta yang egoistik, dimana
memberi cinta sekurang- kurangnya sama pentingnya dengan menerima cinta dimana
perhatian seseorang terhadap pertumbuhan dan perkembangan orang lain adalah
sebanyak perhatian terhadap pertumbuhan diri sendiri.
11.
Mengarah pada nilai-nilai demokratis
Orang yang sehat membiarkan dan menerima semua
orang tanpa memperhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan, golongan politik
atau agama, ras, atau warna kulit. Mereka sangat siap mendengarkan atau belajar
dari siapa saja yang dapat mengajarkan sesuatu kepada mereka.
12. Memiliki nilai-nilai moral yang tangguh
Dapat membedakan dengan
jelas antara sarana dan tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita-cita jauh lebih
penting daripada sarana untuk mencapainya. Mereka juga sanggup membedakan antara baik dan
buruk, benar dan salah. Orang yang kurang sehat kerapkali bingung atau tidak
konsisten dalam hal- hal etis, terombang- ambing, atu berganti-ganti antara
benar dan salah menurut keuntungannya.
13.
Menemukan hal-hal baru, ide-ide segar, dan kreatif
Kreatifitas merupakan suatu sifat yang diharapkan
seseorang dari pengaktualisasi- pengaktualisaasi diri mereka adalah asli,
inventif, dan inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian menghasilkan
suatu karya seni. Maka kreatifitas lebih merupakan suatu sikap, suatu ungkapan
kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan
beraksi terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari
suatu karya seni
2.2 Seni
Seni berasal dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan,
dan pelayanan. Kata tersebut berkaitan erat dengan upacara
keagamaan yang disebut kesenian. Menurut Padmapusphita, kata seni
berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa Latin disebut genius,
artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir.
Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang
di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon
kabarnya kata seni berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa
Yang Luhur / Ketulusan jiwa”. Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan
orang/ seniaman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian ilimu di
eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/
atau karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna
ini, karena kenyataannya kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan
semakain memperkeruh suasana kesenian, biarlah orang memilih yang mana terserah
mereka.
Berdasarkan penelitian para ahli menyatakan
seni/karya seni sudah ada + sejak 60.000 tahun yang lampau. Bukti ini terdapat
pada dinding-dinding goa di Prancis Selatan. Buktinya berupa lukisan yang
berupa torehan-torehan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan
kehidupan manusia purba. Artefak/bukti ini mengingatkan kita pada lukisan
moderen yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebaan mengubah
bentuk. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia Purba dengan manusia
Moderen adalah terletak pada tujuan penciptaannya. Kalau manusia purba membuat
karya seni atau penanda kebudayaan pada massanya adalah semat-mata hanya untuk
kepentingan Sosioreligi, atau manusia purba adalah figure yang masih
terkungkung oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia moderen
membuat karya seni atau penanda kebudayaan pada massanya digunakan untuk
kepuasan pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungannya “mungkin”. Dengan
kata lain manusia moderen adalah figure yang ingin menemukan hal-hal yang baru
dan mempunyai cakrawala berfikir yang lebih luas. Semua bentuk kesenian paa
jaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magis; karena memang demikian
awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam sampai
pada kesadaran terhadap keberadaan alam.
Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan
bersama/milik bersama.karya- karya seni yang ditinggalkan pada masa pra-sejarah
digua-gua tidak pernah menunjukan identitas pembuatnya. Demikian pula
peninggalan-peninggalan dari masa lalu seperti bangunan atau artefak di mesir
kuno, Byzantium, Romawi, India, atau bahkan di Indonesia sendiri. Kalupun toh ada
penjelasan tertentu pada artefak tersebut hanya penjelasan yang menyatakan
benda/bangunan tersebut di buat untuk siapa”. Ini pun hanya ada pada setelah
jaman, katanya para ahli arkiologi sich saya sendiri tidak tahu pasti. Kita
bisa menyimpulkan kesenian pada jaman sebelum moderen kesenian tidak beraspek
individulistis.
Seiring dengan
perkembangan waktu, banyak definisi seni diungkapkan oleh beberapa ahli.
Berikut diuraikan beberapa definisi seni menurut para ahli :
- Everyman Encyklopedia
Menurut Everyman Encyklopedia, seni adalah
segala sesuatu yang dilakukan orang, bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya,
melainkan karena kehendak kemewahan, kenikmatan, ataupun kebutuhan spiritual.
- Ensiklopedi Indonesia
Di dalam Ensiklopedia Indonesia dinyatakan
bahwa seni merupakan ciptaan segala hal karena keindahannya orang senang
melihat atau mendengarkannya.
- Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara berpendapat, seni adalah
perbuatan manusia yang timbul dari hidupnya, perasaan, dan bersifat indah
sehingga dapat menggetarkan jiwa perasaan manusia.
- Akhdiat Karta Miharja
Akhdiat Karta Miharja berpendapat, seni adalah
kegiatan rohani manusia yang merefleksikan kenyataan dalam suatu karya, bentuk,
dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam
rohani.
- Prof. Drs. Suwaji Bastomi
Hal senada diungkapkan oleh Prof. Drs. Suwaji
Bastomi bahwa seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetis yang
dinyatakan dalam bentuk agung, mempunyai daya untuk membangkitkan rasa takjub
dan haru.
- Drs. Sudarmaji
Drs. Sudarmaji
berpendapat, seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan
menggunakan media garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan gelap terang.
Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seni merupakan hasil aktivitas batin
yang direfleksikan dalam bentuk karya yang dapat membangkitkan perasaan orang
lain. Dalam pengertian ini yang termasuk seni adalah kegiatan yang menghasilkan
karya indah.
Definisi umum
seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan oleh manusia.
BAB III
PAPARAN DATA
DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Subjek
3.1.1 Apa ?
Seni
kerajinan keramik merupakan sebuah karya yang dibuat tangan oleh seorang ahli.
Kerajinan ini dibuat dari bahan semen yang dicetak. Cetakannya terbuat dari
silicon yang diberi sedikit bahan tambahan.
Kerajinan keramik yang dihasilkan lebih
mengarah ke pembuatan figura kecil yang dianggap ramai di pasaran. Tapi juga menerima model yang lain algi sesuai
dengan pesanan pelanggan.
Kami melakukan observasi terhadap individu yang
berprofesi sebagai pengrajin figora, yang memiliki tujuan kami ingin mengetahui
apakah individu tersebut memiliki kepribadian sehat dengan berprofesi sebagai
pengrajin figora yang sesuai dengan teorinya Abraham Maslow.
3.1.2 Siapa ?
Subjek yang kami teliti bernama Bapak
Khorijin, beliau berusia 36 tahun. Bapak
ini seorang pecinta seni keramik sejak beliau muda, bahkan sekolahnyapun
mendalami ilmu kerajinan seni keramik, sehingga beliau bekerja sebagai
pengrajin seni keramik dari dulu hingga saat ini.
Hasil
keramik yang dihasilkan, dikirimkan sesuai pemesan, pemesannyapun ada yang
berasal dari kota sendiri juga ada yang berasal dari luar kota. Yang dari kota
sendiri biasanya dari Sengkaling dan Jatim Park. Kalau dari luar kota
kebanyakan dari daerah Cepu dan Jogja.
3.1.3
Kapan ?
Subjek mulai mengerjakan kerajinan seni
figuranya dimulai dari pukul 07.30 hingga pukul 16.00, kecuali ketika memiliki
pesanan yang sedikit lebih banyak, subjek mengerjakannya terkadang sampai waktu
maghrib.
3.1.4
Dimana?
Penelitian dilakukan di Jalan MT Haryono XI D / 463,
Malang 65144. Subjek bekerja pada Bapak Sodir yang bertempat tinggal di Jalan
MT Haryono XI D / 463, Malang 65144.
Subjek tinggal di Malang, di daerah swalayan Persada. Subjek
memperdalam imu mengenai kerajinan seni keramik figura ini dari sekolah SMK di
bandung yang memang mempelajari bidang tersebut.
3.1.5
Mengapa ?
Alasan mengapa peneliti memilih seorang pengrajin seni
keramik figura untuk diteliti, karena profesi ini cukup unik dan yang satu ini
memang sudah tidak asing lagi dimata kebanyakan orang, khususnya wisatawan.
Ketertarikan lainnya adalah peneliti mendengar lokasi subjek
bekerja di perkampungan khusus untuk pekerja keramik. Subjekpun termasuk salah
satu orang yang dikenal sangat kreatif, karena dikatakan bahwa hanya subjek ini
yang dapat membuat cetakan sebelum keramik dibuat.
3.2 Gambaran Latar Belakang
Kehidupan Budaya Subjek
Di daerah
Dinoyo terdapat kampung dimana mayoritas masyarakatnya adalah pengrajin
keramik, keramik Dinoyo memiliki kualitas yang sangat bagus dibandingkan dengan
keramik lainnya. Baik dalam kualitas desainnya, motif keramiknya dan macam
jenis kerajinan keramiknya. Salah satu kerajinan dari daerah
ini yakni kerajinan pigura. Kerajinan ini cukup familiar bagi wisatawan, karena
selalu menjadi cindera mata khas kota Malang yang banyak dijumpai di
tempat-tempat pariwisata.
Kerajinan ini berawal
dari adanya pabrik besar di daerah Dinoyo. Namun karena sesuatu hal, pabrik
tersebut terpaksa ditutup. Meskipun sudah tutup, namun kerajinan pigura ini
kian menjamur di masyarakat Dinoyo sehingga menjadi kerajinan home industry.
Keahlian pembuatan karya seni dari para pengrajin pigura ini ada yang
diturunkan turun temurun dan ada juga yang menempuh kursus untuk mendalami
bidang ini di luar kota sehingga menjadikan pengrajin-pengrajin yang kreatif.
Karena adanya
kerajinan seni Dinoyo, daerah ini kemudian dinamakan kampung wisata keramik.
Tujuan diberi nama kampung wisata keramik tersebut adalah untuk mengundang
wisatawan dari luar kota maupun manca negara untuk memperkenalkan pusat pembuatan
macam-macam kerajinan keramik asli kota Malang.
3.3 Aktifitas dan
Keseharian Subjek
Mayoritas warga
di kampung wisata keramik ini memang berprofesi sebagai pengrajin keramik.
Namun saat ini kerajinan keramik itu sendiri tidak terlalu banyak pembelinya, pengrajin-pengrajin
ini kemudian membuat kerajinan pigura agar tetap dapat menopang perekonomian
keluarga mereka. Karena kerajinan pigura ini merupakan salah satu cindera mata
khas kota Malang yang familiar bagi wisatawan di setiap tempat wisata sehingga
penjualan kerajinan ini pun banyak peminatnya.
Untuk menjadi
pengrajin pigura ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, butuh kemauan
dari diri sendiri, waktu, dan proses belajar. Beberapa pengrajin memang
mendapatkan ilmu tentang pembuatan kerajinan pigura ini secara turun temurun,
namun Subjek kami mendapatkan ilmu tentang pembuatan kerajinan pigura ini dari
hasil belajarnya di kota Bandung. Beliau tidak mendapatkan ilmu ini secara
turun temurun dari keluarganya, melainkan karena kemauan dari dirinya sendiri
beliau mempelajari bagaimana cara pembuatan kerajinan pigura ini.
Berdasarkan
dari penuturan Subjek kami, beliau tidak menurunkan ilmu yang beliau miliki
pada anaknya. Beliau beralasan bahwa kerajinan pigura saat ini sudah tidak berkembang lagi seperti dulu
karena hanya begini-begini saja. Oleh karena itu, beliau memutuskan untuk
menekuni profesi ini sebagai hobi selain sebagai penunjang ekonomi keluarganya.
Meskipun subjek kami menekuni profesi ini sebagai hobi tidak lantas
membuatnya bekerja seenaknya sendiri. Beliau menuturkan bahwa pekerjaan ini
dijalaninya dengan santai tapi tetap serius. Beliau bekerja mulai dari jam
07.30-16.00 dengan waktu istirahat 1 jam setiap harinya. Kesibukan waktu
bekerja beliau ditambah target setiap harinya yang harus dipenuhi tidak
membuatnya bersikap individualis di lingkungan masyarakat, beliau masih tetap
aktif bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya juga. (hasil wawancara, 16
Maret 2013; 13.30 WIB)
3.4 Kepribadian Sehat Menurut Subjek
Seseorang yang
memiliki kepribadian sehat menurut Subjek adalah seseorang yang memiliki sifat,
sikap, dan perilaku apa adanya dalam menjalani kehidupan ini. Maksud dari apa
adanya adalah menjalani hidup ini sesuai dengan kenyataan yang ada. Tidak larut
dalam khayalan dan tidak terlalu menerawang ke alam imajinasi. Hal tersebut
dapat dicapai dengan cara mengendalikan jiwa untuk dapat menerima dan
menikmatinya. Orang yang apa adanya adalah orang yang telah berusaha maksimal
dan menerima hasil usahanya tersebut dengan rasa syukur dan ada usaha untuk
berusaha dengan lebih baik lagi.
Perkembangan
ekonomi di era global ini sangatlah pesat. Kondisi dunia yang penuh kenikmatan,
banyak pilihan, penuh rupa, dan banyak warna. Semua itu bercampur baur dengan
kecemasan dan kesulitan hidup. Kebutuhan manusia pun semakin meningkat. Bagi
orang yang selalu ingin memenuhi semua kebutuhannya mungkin sangat sulit untuk
menjadi pribadi yang apa adanya.
Hal ini
ternyata tidak berlaku bagi Subjek kami. Berapapun hasil usaha, sedikit atau
banyak, beliau menerimanya dengan lapang dada atau rasa syukur. Terbukti beliau
menjalani profesi ini dengan perasaan bahagia, tenang, dan selalu menghasilkan
karya-karya yang kreatif. Meskipun pendapatan yang beliau dapatkan masih belum
mencukupi kebutuhan keluarganya, beliau tetap ada usaha untuk menambah
pendapatannya tersebut dengan mencari pekerjaan sambilan. Jadi, dapat kami
simpulkan kepribadian sehat menurut Subjek tidaklah semata-mata dapat
didefinisikan melalui kata-kata, tapi melalui perilaku beliau yang pantang
menyerah untuk menghadapi kesulitan dalam hidup ini, menjalani kehidupan ini
dengan tenang dan perasaan bahagia, serta selalu bersyukur dengan apa yang
diterimanya.
BAB IV
KESIMPULAN
Menurut Maslow jika tingkat
kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat terpenuhi, maka kita tidak bisa disebut
sebagai manusia yang sehat secara psikologis. Maslow juga menyebutkan bahwa
orang yang sehat adalah orang mampu mengaktualisasikan diri mereka dengan baik
dan imbang, mereka juga dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih
tinggi yaitu memenuhi potensi-potensi yang mereka miliki serta mengetahui dan
memahami dunia sekitar mereka. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu
tidak berjuang, tetapi mereka berusaha, Maslow menyebut teori ini dalam
“metamotivation”. Ia juga menulis “Motif yang paling tinggi ialah tidak
didorong dan tidak berjuang”, itu berarti memang orang yang mampu
mengaktualisasikan diri tidak berjuang melainkan berusaha.
Menurut Maslow, syarat
untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan kebutuhan-kebutuhan, seperti
memuaskan hierarki empat kebutuhan yang ada, diantaranya yang pertama adalah
kebutuhan akan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, cinta kasih, serta
penghargaan diri. Dan kebutuhan ini harus terpenuhi sebelum timbul kebutuhan
akan aktualisasi diri.
Seseorang yang memiliki kepribadian sehat
menurut Subjek adalah seseorang yang memiliki sifat, sikap, dan perilaku apa
adanya dalam menjalani kehidupan ini. Maksud dari apa adanya adalah menjalani
hidup ini sesuai dengan kenyataan yang ada. Tidak larut dalam khayalan dan
tidak terlalu menerawang ke alam imajinasi. Hal tersebut dapat dicapai dengan
cara mengendalikan jiwa untuk dapat menerima dan menikmatinya. Orang yang apa
adanya adalah orang yang telah berusaha maksimal dan menerima hasil usahanya
tersebut dengan rasa syukur dan ada usaha untuk berusaha dengan lebih baik
lagi.
Perkembangan ekonomi di era global ini
sangatlah pesat. Kondisi dunia yang penuh kenikmatan, banyak pilihan, penuh
rupa, dan banyak warna. Semua itu
bercampur baur dengan kecemasan dan kesulitan hidup. Kebutuhan manusia pun
semakin meningkat. Bagi orang yang selalu ingin memenuhi semua kebutuhannya
mungkin sangat sulit untuk menjadi pribadi yang apa adanya.
Hal ini ternyata tidak berlaku bagi Subjek kami. Berapapun hasil
usaha, sedikit atau banyak, beliau menerimanya dengan lapang dada atau rasa
syukur. Terbukti beliau menjalani profesi ini dengan perasaan bahagia, tenang,
dan selalu menghasilkan karya-karya yang kreatif. Meskipun pendapatan yang
beliau dapatkan masih belum mencukupi kebutuhan keluarganya, beliau tetap ada
usaha untuk menambah pendapatannya tersebut dengan mencari pekerjaan sambilan.
Jadi, dapat kami simpulkan kepribadian sehat menurut Subjek tidaklah
semata-mata dapat didefinisikan melalui kata-kata, tapi melalui perilaku beliau
yang pantang menyerah untuk menghadapi kesulitan dalam hidup ini, menjalani
kehidupan ini dengan tenang dan perasaan bahagia, serta selalu bersyukur dengan
apa yang diterimanya.
DAFTAR PUSTAKA
Hall, C.S., Lindzey, G. (1993). Psikologi kepribadian 2;
teori-teori holistik (organismik-fenomenologis). Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta:
Penrbit Kanisius.
Siswanto. (2007). Kesehatan mental. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar