Cinta Menurut
Beberapa Ahli Psikologi :
1.
Erich Fromm,
psikolog yang terkenal dengan bukunya, The Art of Loving, menulis tentang cinta
tak bersyarat. Menurut Fromm, cinta tak bersyarat berhubungan langsung dengan kerinduan yang
paling dalam, bukan hanya kerinduan pada anak, melainkan kepada setiap manusia.
Sebaliknya, orang yang dicintai karena alasan pantas atau dianggap berhak
menerima cinta selalu menimbulkan keraguan: mungkin saya tak dapat
membahagiakan orang yang saya inginkan dapat mencintai saya atau mungkin selalu
ada rasa cemas, jangan-jangan suatu waktu cinta akan lenyap.
2.
Cinta menurut
Jhon Powell, konselor dan penasihat spiritual terdiri dari dua yaitu cinta
bersyarat atau cinta tak bersyarat. Bila untuk mencintai kita memerlukan
syarat, maka cinta itu bukan cinta sejati. Cinta sejati adalah harus dan
merupakan hadiah yang diberikan secara cuma-cuma. Kita benar-benar cinta bila
orang yang kita cintai mendapatkan cinta kita, bukan karena ia pantas menerima
cinta kita. Disebut pantas karena cantik, anggun, ganteng, baik hati, dan
sebagainya. Kita
sadar bahwa orang yang kita cintai bukanlah orang yang terbaik, bukan orang
yang paling hebat, bukan yang paling cocok.
3.
Viktor
Frankl, seorang psikiatris yang riwayat dan karyanya luar biasa mengagumkan,
dalam bukunya Man’s Search for Meaning berkata: “Suatu pemikiran mengubah saya:
Untuk pertama kali dalam hidup, saya menyadari kebenaran dalam syair kebanyakan
penyair, kebijaksanaan akhir para ahli pikir. Kebenaran bahwa cinta adalah
tujuan utama dan tertinggi yang dapat dicapai manusia. Lalu, saya menangkap
makna rahasia terbesar yang melingkar dalam syair, dalam pikiran dan keyakinan
manusia, yaitu penyelamatan manusia diperoleh lewat cinta dan di dalam cinta.”
4.
Menurut
Strenberg, setiap komponen itu pada setiap orang berbeda derajatnya. Ada yang
hanya tinggi di gairah, tapi rendah pada komitmen . Sedangkan cinta yang ideal
adalah apabila ketiga komponen itu berada dalam proporsi yang sesuai pada suatu
waktu tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan, yang paling besar adalah
komponen keintiman.
5.
Marslow
membagi cinta itu kepada dua bentuk, yakni Deficiency atau D-Love dan Being
atau B-Love. D-Love adalah mencintai sesuatu disebabkan karena suatu hal yang
tidak ada pada diri dengan cintalah hal itu bisa tertutupi seperti : harga
diri, seks atau karena kesendirian. Selanjutnya B-Love, Being Love didasarkan
terhadap penilaian kepada orang lain apa adanya, B-Love adalah cinta yang tidak
berniat memiliki, tidak mempengaruhi, cinta seperti ini membuka kesempatan
untuk seseorang dalam berkembang. Jadi cinta adalah suatu proses aktualisasi
diri yang bisa membuat orang melahirkan tindakan-tindakan produktif dan
kreatif. Dengan cinta seseorang akan mendapatkan kebahagiaan bila mampu
membahagiakan orang yang dicintainya.
6.
Elaine dan
William Waster, memandang cinta sebagai suatu keterlibatan yang sangat dalam
yang diasosiasikan dengan timbulnya rangsangan fisiologis yang kuat dan
diiringi dengan perasaan untuk mendambakan pasangan dan keinginan untuk
memuaskan tersebut melalui pasangannya itu. Sedangkan Sigmun Freud menyatakan
bahwa cinta itu ,merupakan dorongan seksual yang terpendam.
Para ahli
psikologi membagi pengertian cinta menjadi 3 bagian diantaranya adalah:
1.
Cinta karena nafsu
Yaitu cinta yang mengakibatkan
hubungan antar dua orang tidak terkontrol lagi, emosi sangat menguasai akal
sehat seseorang sehingga perilaku seolah terjadi secara spontan untuk menjawab
rangsangan emosi yang berlebihan
2.
Cinta pragmatis
yaitu cinta terjadi keseimbangan
antara dua orang, ada rasa suka dan duka, serta adanya timbal balik.
3.
Cinta altruistik
biasanya terjadi pada seorang ibu
kepada anaknya, cinta ini disertai kasih sayang yang tidak ada batasnya.
Cinta itu berada pada ranah
emosional dan rasional. Cinta emosional ini datang dan pergi tanpa diprediksi,misalkan:
aku mencintaimu pada pandangan pertama, meski aku tak bahagia bersamanya aku
tetap mencintainya dll.